Saya Rindu!
Kepada Cinta yang sudah lama tak penuh.
Kepada Bapak dan Emak. Kadang suara saja tak cukup membendung.
Kepada 2 Ponakan saya yang sedang nakal-nakalnya.
Kepada kakak-kakak. Walaupun jika kita bertemu tak akan ada banyak kata yang keluar.
Kepada Masakkan Emak.
Kepada Matahari terbit & Udara segar.
Kepada keakraban kita berempat.
Kepada Laut .
Kepada rasa yang menggebu - gebu.
Kepada senyuman itu.
Kepada waktu itu.
Kepada tulisan - tulisan itu.
Kepada kesunyian yang berarti.
Kapan kita Bertemu lagi .
Rabu, 30 September 2015
Kamis, 19 Februari 2015
Books Review 2 : How Starbucks Saved My Life by Michael Gates Gill
Buku yang berlabel Newyork Times Best Seller ini saya beli karena beberapa kali ke tokobuku langganan, buku ini selalu menarik perhatian, awalnya saya hanya melihat-lihat saja yang lama-lama semakin menggoda dan yah saya putuskan untuk membopongnya pulang ke kostan.
Judulnya How Starbucks Saved My Life, membaca buku ini membuka mata saya melihat lebih jauh tentang raksaksa kedai penjual kopi yaitu Starbucks. Mungkin kebanyakan orang (Termasuk saya) hanya tahu Si Starbucks sekedar tempat untuk mencicipi Kopi, tampat untuk nongkrong atau tempat keren (yang entah kerennya dimana) buat capture foto untuk update socmed, tapi ternyata dibalik menja Bar & Kasir tersimpan banyak cerita para pekerjanya.
Starsbucks, kata yang dibangun dari 2 suku kata, Stars & Bucks, semua orang ingin jadi bintang dan semua orang ingin punya banyak uang, kombinasi yang sangat briliant dan yang baru saya sadari ketika membaca buku ini, perfect, Stars & Bucks.
Sang penulis Michael Gates Gill bercerita banyak tentang Starbuck dibalik layar yang dipadukan dengan cerita masa-masa jayanya disaat masih kanak-kanak dan menjabat disalah satu perusahaan periklananan terbesar di dunia, hal yang pastinya sangat menarik, mengingat banyak dari manusia yang pasti akan susah menerima kenyataan bahwa kenyamanan yang telah dibangun harus berakhir dan harus memulai lagi dengan sesuatu hal yang kebanyakan orang sepelekan, bekerja di kedai sebagai pembersih, penjaga kasir ataupun menjadi Barista, sungguh yang dibutuhkan adalah jiwa dan semangat yang besar, apalagi diusia yang sudah sangat senja (I'm sory Mike).
Sebenarnya yang paling membuat saya tersentuh adalah ketika Mike menuliskan beberapa penjelasan tentang Kopi - Kopi nusantara, Sumatra yang terkenal sangat strong dan Sulawesi yang terkenal akan rasanya yang elegan, saya sangat bangga sebagai putra berdarah Toraja, saya beranggapan bahwa Mike telah mempromosikan Kopi nusantara ke mata pembacanya yang apabila buku ini di terjemahkan ke banyak bahasa bisa dipastikan sangat membantu mengiklankan Kopi Nusantara ke mata dunia.
Saya terpesona dengan cara Mike menggambarkan sosok Crystal dalam buku ini, imajinasi membawa saya menggambarkan seorang wanita dengan postur tubuh tinggi, body gitar Spanyol dengan kulit berwarna sawo matang mengkilat bersih, rambut kriting mengembang yang terawat (I Love This), penampilan yang selalu terjaga, profesional dan yang pasti sexy. Begitulah kira-kira imajinasi saya tentang sosok seorang Crystal. Very Cool.
Crystal menjadi orang yang paling berjasa dalam hidup Mike, mulai dari memberikan ia pekerjan beserta hal - hal kecil yang berkaitan tentang Sopan & Santun dalam melayani sesama pekerja maupun para pembeli, dari petuah - petuah yang diberikan Crystal kepada dirinya membuat Mike lebih banyak merenungi tentang Kehidupan yang sederhana namun menyenangkan. Hal ini juga yang menurut saya menjadi daya tarik saya sehingga sudah 2 kali menamatkan buku ini.
Sedikit garis besar yang bisa saya berikan terhadap buku ini, terlalu singkat tapi setidaknya hal - hal diataslah yang bisa membuat saya terkesan akan cerita Mike di buku ini.
Oh iya, kesan terakhir yang saya dapatkan yang entah mengapa membuat saya menghayal - hayal adalah "Kayaknya enak yah bekerja di Starbucks".
Starsbucks, kata yang dibangun dari 2 suku kata, Stars & Bucks, semua orang ingin jadi bintang dan semua orang ingin punya banyak uang, kombinasi yang sangat briliant dan yang baru saya sadari ketika membaca buku ini, perfect, Stars & Bucks.
Sang penulis Michael Gates Gill bercerita banyak tentang Starbuck dibalik layar yang dipadukan dengan cerita masa-masa jayanya disaat masih kanak-kanak dan menjabat disalah satu perusahaan periklananan terbesar di dunia, hal yang pastinya sangat menarik, mengingat banyak dari manusia yang pasti akan susah menerima kenyataan bahwa kenyamanan yang telah dibangun harus berakhir dan harus memulai lagi dengan sesuatu hal yang kebanyakan orang sepelekan, bekerja di kedai sebagai pembersih, penjaga kasir ataupun menjadi Barista, sungguh yang dibutuhkan adalah jiwa dan semangat yang besar, apalagi diusia yang sudah sangat senja (I'm sory Mike).
Sebenarnya yang paling membuat saya tersentuh adalah ketika Mike menuliskan beberapa penjelasan tentang Kopi - Kopi nusantara, Sumatra yang terkenal sangat strong dan Sulawesi yang terkenal akan rasanya yang elegan, saya sangat bangga sebagai putra berdarah Toraja, saya beranggapan bahwa Mike telah mempromosikan Kopi nusantara ke mata pembacanya yang apabila buku ini di terjemahkan ke banyak bahasa bisa dipastikan sangat membantu mengiklankan Kopi Nusantara ke mata dunia.
Saya terpesona dengan cara Mike menggambarkan sosok Crystal dalam buku ini, imajinasi membawa saya menggambarkan seorang wanita dengan postur tubuh tinggi, body gitar Spanyol dengan kulit berwarna sawo matang mengkilat bersih, rambut kriting mengembang yang terawat (I Love This), penampilan yang selalu terjaga, profesional dan yang pasti sexy. Begitulah kira-kira imajinasi saya tentang sosok seorang Crystal. Very Cool.
Crystal menjadi orang yang paling berjasa dalam hidup Mike, mulai dari memberikan ia pekerjan beserta hal - hal kecil yang berkaitan tentang Sopan & Santun dalam melayani sesama pekerja maupun para pembeli, dari petuah - petuah yang diberikan Crystal kepada dirinya membuat Mike lebih banyak merenungi tentang Kehidupan yang sederhana namun menyenangkan. Hal ini juga yang menurut saya menjadi daya tarik saya sehingga sudah 2 kali menamatkan buku ini.
![]() |
How Starbucks Saved My Life by Michael Gates Gill |
Sedikit garis besar yang bisa saya berikan terhadap buku ini, terlalu singkat tapi setidaknya hal - hal diataslah yang bisa membuat saya terkesan akan cerita Mike di buku ini.
Oh iya, kesan terakhir yang saya dapatkan yang entah mengapa membuat saya menghayal - hayal adalah "Kayaknya enak yah bekerja di Starbucks".
Yogyakarta, Jumat 20 Februari 2015
Epheng
Kamis, 05 Februari 2015
Books Review 1 : Eat Play Leave by Jenny Jusuf
"You don't get to choose Ubud. Ubud chooses you" Eat Play Leave -Hal. 246-
Jenny Jusuf menceritakan pengalaman tentang teman - teman bule-nya selama ia menjadi pendatang di Ubud, Bali. Buku ini menarik, setidaknya bagi orang - orang yang selalu merasa bahwa bule itu adalah makhluk superior yang selalu dapat ditiru, buku ini akan membukakan mata kalian, bahwa manusia yah tetaplah manusia, darimanapun asalnya yah tetap sama, sama - sama bisa benar bisa salah.
Buku ini berjudul Eat Play Leave, sepintas mengingatkan kita pada buku laris Eat, Pray and Love karangan Elizabetg Gilbert. Sesuai judul, Jenny bercerita makanan, gaya hidup bule di Bali khususnya kota Ubud dan teman - teman bule-nya yang pergi meninggalkan Bali setelah gagal menemukan apa yang diharapkan.
Sampai saat ini saya banyak mendengar keindahan Ubud justru dari artikel - artikel di internet yang notabene penulisnya adalah bule - bule, Jenny menggambarkan Ubud sangat ke Indonesiaan, saya suka, emm begini, maksud saya "Sangat Ke Indonesiaan" adalah cara Jenny bercerita menggunakan kacamata masyarakat Indonesia, tentu anehkan mengetahui ada bule yang kayak Feza atau Kero (untuk mengetahui 2 orang ini, harap beli bukunya dan baca sendiri, okeh), atau mungkin hanya saya sadja yang anggap aneh? #ahTerserahDah.
Saya pernah seharian mengghabiskan hari di Ubud (Terus, Penting?), melihat ubud melalui kacamata turis tentunya beda dengan kalau kita merasakan denyutnya dengan menetap dalam durasi waktu yang lama. Benturan Budaya pasti terasa, apalagi Bali, jangankan bule, orang - orang Indonesia yang bukan orang Bali, ketika menetap di Bali pasti akan butuh waktu untuk bisa hidup membaur dengan masyarakat yang sangat sangat kental akan budaya ini. Saya sempat merasakan mencicipi beberapa bulan tinggal di Bali, tepatnya di Kota Denpasar dan saya sangat merasakan perbedaan dari banyak aspek kehidupan disini jika dibandingkan dengan Jogja atau Kendari, 2 kota yang setidaknya dalam hitungan tahun saya tinggali.
Jenny bercerita juga tentang teman - temannya yang menganut aliran Vegetarian, aliran yang masih sangat jarang dianut oleh warga sekitaran Nusantara ini. Jika kita meminta bantuan Google untuk mencari tempat makan enak di sekitaran Ubud, pasti akan muncul beberapa tempat makan dengan tema "Organik" yaitu tempat makan yang menyedikan menu makanan berupa sayur sayuran yang ditanama dan di rawat secera organik atau tanpa bantuan bahan kimia (bener nga?) yang barang tentu harganya sesuai dengan banyaknya peluh keringat yang di hasilkan, mahal cuy, buat kantong anak kost sih.
Selain Vegetarian, ada juga tetang yoga (ya iyalah, Ubud di lawan!). yang paling aneh sih yah kisah cinta Cassie, yah yah yah ternyata bukan cuman bule bule laki sadja yang kepincut sampai masuk level tergila - gila akan eksotiknya rupa orang Asia, ternyata bule bule cewek juga, tidak mengenal umur man!, yang penting CINTA Titik.
Okelah kalau begitu, menutup review buku secara ugal - ugalan kali ini, saya sarankan untuk membaca buku ini, entah itu kalian dapat dari beli ke toko buku atau minjem teman, terserah, yang jelas kudu di BACA. Isi buku ini sangat mudah dipahami, cocok buat bersantai - santai sambil minum Kopi di sore hari dikala matahari mulai jatuh keperaduan yang meninggalkan kehangatan serta sembrutan cahaya di ufuk barat, ehh sory mendadak sampai ke hati, maaf yah maaf.
Pesan buat Jenny : Tolong ceritanya di lanjutkan, kurang tebal tuh bukunya. #SuaraSeniorSaatOspekKuliah
Jenny Jusuf menceritakan pengalaman tentang teman - teman bule-nya selama ia menjadi pendatang di Ubud, Bali. Buku ini menarik, setidaknya bagi orang - orang yang selalu merasa bahwa bule itu adalah makhluk superior yang selalu dapat ditiru, buku ini akan membukakan mata kalian, bahwa manusia yah tetaplah manusia, darimanapun asalnya yah tetap sama, sama - sama bisa benar bisa salah.
Buku ini berjudul Eat Play Leave, sepintas mengingatkan kita pada buku laris Eat, Pray and Love karangan Elizabetg Gilbert. Sesuai judul, Jenny bercerita makanan, gaya hidup bule di Bali khususnya kota Ubud dan teman - teman bule-nya yang pergi meninggalkan Bali setelah gagal menemukan apa yang diharapkan.
Sampai saat ini saya banyak mendengar keindahan Ubud justru dari artikel - artikel di internet yang notabene penulisnya adalah bule - bule, Jenny menggambarkan Ubud sangat ke Indonesiaan, saya suka, emm begini, maksud saya "Sangat Ke Indonesiaan" adalah cara Jenny bercerita menggunakan kacamata masyarakat Indonesia, tentu anehkan mengetahui ada bule yang kayak Feza atau Kero (untuk mengetahui 2 orang ini, harap beli bukunya dan baca sendiri, okeh), atau mungkin hanya saya sadja yang anggap aneh? #ahTerserahDah.
Saya pernah seharian mengghabiskan hari di Ubud (Terus, Penting?), melihat ubud melalui kacamata turis tentunya beda dengan kalau kita merasakan denyutnya dengan menetap dalam durasi waktu yang lama. Benturan Budaya pasti terasa, apalagi Bali, jangankan bule, orang - orang Indonesia yang bukan orang Bali, ketika menetap di Bali pasti akan butuh waktu untuk bisa hidup membaur dengan masyarakat yang sangat sangat kental akan budaya ini. Saya sempat merasakan mencicipi beberapa bulan tinggal di Bali, tepatnya di Kota Denpasar dan saya sangat merasakan perbedaan dari banyak aspek kehidupan disini jika dibandingkan dengan Jogja atau Kendari, 2 kota yang setidaknya dalam hitungan tahun saya tinggali.
Jenny bercerita juga tentang teman - temannya yang menganut aliran Vegetarian, aliran yang masih sangat jarang dianut oleh warga sekitaran Nusantara ini. Jika kita meminta bantuan Google untuk mencari tempat makan enak di sekitaran Ubud, pasti akan muncul beberapa tempat makan dengan tema "Organik" yaitu tempat makan yang menyedikan menu makanan berupa sayur sayuran yang ditanama dan di rawat secera organik atau tanpa bantuan bahan kimia (bener nga?) yang barang tentu harganya sesuai dengan banyaknya peluh keringat yang di hasilkan, mahal cuy, buat kantong anak kost sih.
Selain Vegetarian, ada juga tetang yoga (ya iyalah, Ubud di lawan!). yang paling aneh sih yah kisah cinta Cassie, yah yah yah ternyata bukan cuman bule bule laki sadja yang kepincut sampai masuk level tergila - gila akan eksotiknya rupa orang Asia, ternyata bule bule cewek juga, tidak mengenal umur man!, yang penting CINTA Titik.
Okelah kalau begitu, menutup review buku secara ugal - ugalan kali ini, saya sarankan untuk membaca buku ini, entah itu kalian dapat dari beli ke toko buku atau minjem teman, terserah, yang jelas kudu di BACA. Isi buku ini sangat mudah dipahami, cocok buat bersantai - santai sambil minum Kopi di sore hari dikala matahari mulai jatuh keperaduan yang meninggalkan kehangatan serta sembrutan cahaya di ufuk barat, ehh sory mendadak sampai ke hati, maaf yah maaf.
Pesan buat Jenny : Tolong ceritanya di lanjutkan, kurang tebal tuh bukunya. #SuaraSeniorSaatOspekKuliah
![]() |
Eat Play Leave By Jenny Jusuf |
Rabu, 04 Februari 2015
Grow Up!
Percaya, bahwa waktu tak akan mundur sedetikpun!
- Sebenarnya saya ingin berbagi salah satu lagunya Yuna, tapi saya masih belum mendapatkan hasil rekaman suara saya yang memuaskan, nanti deh yah, pasti saya akan upload, di tunggu sadja., okeh.
Dulu, disaat masih menjadi anak ingusan, saya berharap bisa tumbuh lebih cepat, bisa cepat masuk SMA kemudian lanjut kuliah di unversitas di pulau jawa, kayaknya keren!!!, sebagai anak terakhir, saya terkadang iri terhadap apa yang kakak - kakak lakukan saat itu, terutama dalam hal bermusik, kebetulan kakak pertama bisa nyanyi dan yang kedua bisa gitaran.
Waktu yang tak pernah mundur itu lah yang akhirnya mengizinkan saya merasakan hal - hal yang dulu saya impi - impikan, pergaulan SMA yang sangat membekas, nge band bareng teman - teman kuliah, kuliah di Pulau Jawa dan banyak lainnya. Waktu beserta kejadian - kejadiannya juga lah yang mengajarkan saya bahwa hidup itu penuh dengan realita - realita pahit manis asam asin kecut.
Kurang lebih seminggu yang lalu, tuhan dan semesta masih mengijinkan saya menyentuh umur 24, yah 24 tahun. Tak terasa sungguh, bahkan rasa pie susu di awal umur saya yang ke 23 pun rasanya masih membekas di ingatan, sungguh terlalu "Waktu" itu!.
Seingat saya, Bapak dan Emak hanya 2 kali menggelar acara syukuran untuk merayakan ulangtahunku, yang pertama di umur 1 tahun (dari hasil investigasi ke Emak) dan yang ke - 2 di umur yang entah ke berapa yang jelas masih kecil, mungkin sekitar SD kelas 1 atau 2 dan itupun tidak heboh, hanya teman - teman se gang beserta orang tuanya yang di undang. Selebihnya yah paling dikasih duit buat neraktir teman - teman, saya ingat, beberapa kali meneraktir teman - teman selalunya makan bakso yang ada di depan gang (sampai sekarang masih eksis, malahan tambah enak!), saat itu Bakso adalah makan mewah buat saya dan beberapa teman sepermainan. Pernah suatu waktu di hari ulangtahun yang juga entah keberapa yang jelas masih SD, saat sampai di rumah sepulang sekolah, Emak membuatkan saya kue "tart" versi Emak (Bolu yang di lapisi krim putih yang kemudian di hiasi nga karuan), saya senangnya bukan main walaupun tampilan tak seenak rasanya, tetap masakan Emak yang terbaik se semesta.
Di ulangtahun saya yang ke 23, saya tersenyum licik ketika sahabat saya melayangkan pertanyaan "Mau hadia apa?", Saya meminta di hadiai kue Pie terserah pie apa yang penting pie!. Dimalam ulantahun saya yang ke 23, di sebuah rumah makan Manado, akhirnya permintaan tersebut di kabulkan, se-dos Pie susu 2 rasa (Original & Coklat) yang jumlahnya entah berapa, tersaji di atas meja makan, ahh saat itu perasaan sungguh terharu kawan .....
Sebenarnya hadia-hadiaan di saat ulangtahun sangat tidak biasa dalam kehidupan saya, bukan kewajiban yang harus ada, kalau ada yah alhamdulillah tapi kalau nga ada yah nga apa - apa juga, di keluarga juga begitu, kakak-kakak juga tidak pernah saya lihat dikasih hadia dari Bapak atau Emak saat ulangtahun, entah sih yah kalau mereka bermain dibelakang saya, biarkan menjadi rahasia mereka.
Beberapa hari yang lalu, di ulangtahun saya yang ke - 24, beberapa benda yang saya inginkan saya peroleh dari hadia yang diberikan teman - teman, mulai dari CD album baru Mocca sampai sepatu yang harganya walahualam, sangat banyak. Tapi dari semua hal - hal keren itu, yang paling membuat saya terharu level 1 adalah CD & DVD Yuna live di Istana Budaya Malaysia.
Jadi ceritanya, ada adik sahabat saya yang kebetulan akan mengikuti seminar di negeri Jiran tersebut, jadilah saya senangnya bukan main saat mendengar kabar tersebut, dengan menitipkan beberapa receh Ringgit beserta harapan dan doa #halah dia pergi dan saya menanti. "Hanya" sembilan hari penantian yang terasa amat sangat lama tersebut terhenti, adik sahabat saya sampai ke tanah air dengan selamat sehat sentosa beserta titipan saya yang sangat berharga itu.
![]() |
CD & DVD Yuna Live at Istana Budaya Malaysia |
Lengkaplah sudah, semua yang saya harapkan di awal umur 24 ini terkabul dengan berentetan, tentunya yang paling penting dari semua yang saya dapatkan adalah kesehatan dan rejeki yang Tuhan berikan kepada saya, keluarga dan sahabat, tanpa kehadiran mereka yang selalu mendukung, benda-benda tersebut sungguh tak ada artinya, sehingga saya selalu terus bersyukur masih dapat memiliki kalian.
Terimakasih semua atas apa yang sudah diberikan kepada saya, terutama Bapak dan Emak, kalian adalah prioritas utama saya sampai kapanpun.
![]() |
Di copy dari akun Instagram @ngakakkocak |
P.S.
- CD & DVD Yuna tersebut hanya di jual di Malaysia, sebagai manusia yang entah kapan bisa mengunjugi negeri tetangga, saya tentu sangat " wah wah " saat menerima barang titipan tersebut, terlebih saya sedang sangat menikmati lagu - lagu Yuna.- Sebenarnya saya ingin berbagi salah satu lagunya Yuna, tapi saya masih belum mendapatkan hasil rekaman suara saya yang memuaskan, nanti deh yah, pasti saya akan upload, di tunggu sadja., okeh.
Langganan:
Postingan (Atom)