Selasa, 30 Agustus 2016

Waktupun Berhenti

Pulang ............

Tadi, sepulang dari kantor saya langsung mandi sekalian nyuci beberapa lembar pakaian. Kerena sudah magrib, habis mandi saya langsung lanjutkan Ibadah Magrib kemudian rencananya nyetrika. Saya mengambil setrika dari bawah meja belajar, kemudian saya nyalakan. Sambil nunggu setrikanya panas, saya mengambil HP, melihat pesan di WA dan Line, kosong, nga ada pesan masuk. Saya ngecek SMS , ternyata ada pesan dari Mamak, saya senyum-senyum, ada perasaan senang karna biasanya Mamak sms untuk menginfokan kalau dia akan ke Kendari dan itu ber-arti ... ah sudalah jangan curhat.

Saya sentuh sms dari Mamak, saya baca pesan singkat itu, kemudian sunyi, infonya berbeda.

"Besok Om & Tante di Makassar mau ke Bandung, om Teguh meninggal pagi tadi"

Saya langsung keingat Thomas, keluarga dari Istri, om saya. Seingat saya hanya Thomas sekeluarga yang tinggal di Bandung dan sekarang sedang kuliah di Jogja, bodohnya, saya nga tau nama Bapaknya, Saya berharap bapak Thomas bukan Om Teguh!.

Saya benar - benar binggung hadapi situasi kayak gini.

Saya langsung mencoba menghubungi Thomas lewat Telfon, Anjing! Pulsa saya habis!, saya menyambungkan koneksi ke Wifi dan mencoba menelfon lewat Line, nyambung tapi tidak di angkat, OK, mungkin dia lagi keluar atau mungkin juga sedang sibuk dengan kegiatannya, saya masih berharap Om Teguh bukan Bapak Thomas, entah mengapa, tapi harapan saya hanya itu saat ini. Saya kemudian meninggalkan pesan di chat room Line (Tapi tidak di balas).

Saya tetap duduk diatas tempat tidur, binggung mau ngapain. Saya ngecek pulsa, ternyata pulsa saya tinggal seribu perak lebih, untuk nelfon ke operator lain jelas ndak bisa, tapi buat sms masih bisa. Saya kirim 1 sms ke Mas Tri untuk minta tolong di isikan Pulsa (yang dibalas lama). Saya keluar kamar untuk nyari HP yang Operatornya sama dengan no. Thomas dengan niat Bisa nebeng pulsa. Teman saya meminjamkan HP-nya, dengan cepat saya mengambil HP itu dan berlari kembali ke kamar, mengambil HP yang sedang di cas kemudian menuliskan no. HP Thomas ke HP teman dan menelfonnya. Berkali - kali, tapi tidak diangkat, dengan sisa beberapa ratus rupiah, saya mengirimkan SMS.

"Le ... Kamu dimana? di kost?"

"yang no. Im3 saya yang nelfon"

"bapak sehat kan?"

Sampai pesan terakhir saya kirim, saya masih berharap om Teguh bukan bapak Thomas.

Saya menunggu .... dan Adzan Isya berkumandang.

Waktu terasa lama sekali ........

Akhirnya sebuah sms masuk, dari Thomas, Bismillah, saya kemudian meyentuh pesan itu.

"Bapak sudah dipanggil Tuhan kak, Saya di Bandung ini"

Saya terdiam, menatap layar dengan tatapan kosong, pikiran melayang entah kemana, saya binggung mau berbuat apa.

Harapan saya tidak terkabul.

******

Saya keluar kamar, mengambil air wudhu kemudian kembali ke kamar untuk melaksanakan sholat Isya. Di akhir sholat, harapan saya berganti dengan Doa.

Selamat Jalan Om Teguh.

Jumat, 13 Mei 2016

Menu 4 Musim

Setelah membaca blog Nuran Wibosono, saya mendownload Film ini.
..................................

Pict by Google

Little Forest.

Cerita ini terjadi di Tohoku, sebuah wilayah di timur laut Jepang, mengisahkan kehidupan penghuni sebuah pemukiman kecil yang bernama Komori. Ia lah Ichiko, seorang warga Komori yang telah bekerja di kota dan memilih untuk sementara waktu kembali ke Komori. Dia melewatkan 4 musim selama pelariannya itu dan akhirnya  memutuskan untuk kembali ke kota. Di akhir cerita, 5 tahun setelah kembalinya ia ke kota, dia kembali ke Komori bersama seorang suami, mungkin, untuk selamanya.

Romantis? Tidak!, lah film ini tidak bercerita tentang Drama unyu-unyu masa kini, justru lebih dari sekedar romantis, ini tentang hidup, makanan dan alam, menghanyutkan. Ah ....

Seperti yang sudah saya sebutkan diatas, Ichiko melewatkan 4 musim yaitu Summer, Autumn, Winter dan Spring, masing – masing musim ada menunya, itulah yangmembuat film ini menarik untuk saya, tentunya selain pemandangan Wilayah Tohoku di 4 musim yang sangat indah.

Film ini terbagi menjadi 2, yang 1, Summer/Autumn yang dirilis tahun 2014, sementara yang ke-2 Winter/Spring dirilis tahun 2015.

Komori, dimana orang-orang hidup dari apa yang alam dapat berikan, hampir semua orang bertani (Kesimpulan pribadi), termasuk Ichiko. Dia menanam padi, merawat dan juga memanen dengan tenaganya sendiri, selain padi, dia menanam beberapa sayuran dan juga buah, asiknya, banyak tanamanan yang tumbuh liar dan dapat di konsumsi, sebut saja Silverberry yang di ambilnya kemudian dijadikan selai, buah Akebi yang diolah pada musim gugur, Buah Kenari yang diambil bijinya terus dicampurkan pada nasi dan kemudian dibuat menjadi onigiri, ahh enaknya yah, saya ngiler dan kelaparan setiap selesai menonton film ini.

Suatu ketika, Ichiko berujar kalau dia tidak bisa hidup tanpa tomat, dia memanen tomat yang telah ia tanam, dicucinya kemudian di iris tipis menyilang pada bagian bokong tomat, tomat yang ia panen berbentuk bulat sempurna, kemudian dimasukkan ke dalam air mendidih, cepat saja, langsung di angkat dan dimasukkan ke dalam air dingin, setelah itu kulit tomat dapat dikupas. Tomat yang sudah dikupas di masukkan ke dalam botol selai, ditutup rapat dan di rebus, setelah itu dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Dia mencampurkan ke Spageti disaat musim dingin, dapat juga simpan ke dalam kulkas dan dimakan selayaknya memakan manisan, katanya sangat lembut dan lezat!. Emm.

Di setiap musim, Ichiko membuat beberapa menu, menunya berbeda-beda, ada makanan yang dibuatnya sesuai resep “kira-kira”, Seperti adonan kue labu dan ketan hitam yang ditumpuk dalam satu wadah yang kemudian dipanggang, setelah masak, dikeluarkan dari cetakkan dan diolesi krim yang masih segar, kue ini seperti kue bolu yang disiap dijadikan kue tart, tentunya hanya sampe titik Krim putih menutupi seluruh kue. Pada saat ini, saya membayangkan rasa pada kue tersebut, sehingga kue tart nanggung ini terlihat begitu menggiurkan walaupun tanpa hiasan diatasnya. Yamm  ...

Mochi Natto salah satu menu saat musim dingin, menarik saat melihat proses pembuatan natto, kacang kedelai yang telah di rebus hingga menjadi lunak, dimasukkan ke dalam tumpukan jerami yang ditambahkan selembar daun serai (hanya menebak soalnya mirip), kemudian ditanam di bawah salju selama 3 hari. Natto yang sudah jadi dikeluarkan dari jerami dan di satukan dalam sebuah wadah dan ditambahkan gula secukupnya, terlihat lezat saat di makan bersama mochi yang masih hangat, emmm ...

Pada musim dingin, terlihat Ichiko membuat makanannya dari bahan-bahan yang telah dia awetkan secara alami misalkan sayur Pakis dan Kacang Merah. Ada satu perkataan Ichiko yang menurut saya sangat menarik,

Katanya  :

“ Aku memakan manisan untuk menghilankan stress”

Pada kenyataanya,  banyak wanita menghindari sesuatu yang terlalu manis saat menjalani setengah kehidupan dewasanya untuk alasan diet, pantas wanita-wanita seperti ini lebih mudah tersinggung. Lah wajarlah banyak kejadian lampu sein ke kanan tetapi beloknya ke kiri. Kurang makan yang manis – masin ternyata, hahaha

By the way, Film ini tidak hanya menyajikan makanan – makanan 4 musim, tetapi yang lebih penting bagaimana memperoleh bahan-bahannya, ada yang dibeli di toko tetapi lebih banyak yang didapat dari hasil alam. Secara garis besar kita diajakarkan bagaimana memelihara tanaman yang kita tanam, misalkan, pohon tomat yang akan rusak jika terus menerus dikena hujan, buahnya bisa membusuk. Guna Menthok jika di lepaskan di sawah,  cara menghasilkan kentang yang berukuran besar, ada bawang dan juga wortel, saya dibuat menjadi tertarik karena divisualkan secara marik.

Mungkin tulisan ini bisa dikatan spoiler, tapi tenang, masih banyak sekali hal-hal yang tidak saya sebutkan diatas, jadi, silahkan dinonton karena film ini mengambarkan bahwa hidup di desa pun bisa sangat menyenangkan.

Omong-omong cara petani di Jepang mengelolah pertaniannya sudah sangat maju, terbukti dari beberapa alat yang mereka gunakan, ada juga pertemuan yang dilakukan para petani untuk membahas pertanian mereka, saya salut melihat itu semua, mereka benar-benar tau apa yang mereka kerjakan.

Oh ya, tentunya yang Ichiko masak, hampir semua masakkan Jepang. Saya jadi lapar langsung saat melihat roti yang dikeluarkan dari tungku api yang sekaligus pemanas ruangan, mewah sekali kelihatannya. Emmm ....



Senin, 28 Maret 2016

Tragedi Lapor Pajak


Setahun lalu saya baru mencoba menjadi warga negara yang baik dengan membuat "Member" di Kantor Pajak. Selain mengisih formulir secara online, saya mengisi juga formulir secara manual. Setelah menunggu beberapa hari, saya belum juga mendapat respon dari pihak KP, saya putuskan untuk mengurus secara manual dengan mendatangi kantor pajak terdekat, tidak lupa membawa berkas-berkas yang sekiranya dibutuhkan. Saya tidak bisa melakukan Registrasi di KP tersebut, intinya saya harus mengurus di daerah sesuai dengan alamat yang tertera pada KTP. Perlu diketahui, saya bekerja di Jogja dan KTP saya beralamatkan di Kendari, Sulawesi Tenggara.

Okeh sampai disini saya mulai merasa tidak nyaman, sedikit emosi dan mempertanyakan apa guna Sistem Online yang telah di sebarluaskan? Problem pemerintah kalau buat sistem, selalunya biaya mahal tapi hasilnya banyak yang masih tidak siap, Sedih!!, mau jadi warga negara yang baik saja susah!, ya sudalah.

Besoknya, saya mengirim berkas-berkas persyaratan pembuatan "Member" Pajak ke Kendari dan meminta kakak untuk meneruskan ke KP sesuai wilayah domisili di KTP. 2 hari menjelang kakak baru dapat menyerahkan seluruh berkas ke KP, dia mengabari kalau saya tidak bisa membuat "Member" karena kekurangan berkas. Kemudian saya menelfon kakak yang kemudian Hp-nya di serahkan ke petugas yang mengurus, dan ternyata kekurangan berkas saya itu adalah Surat keterangan dari kantor kalau saya benar-benar bekerja di perusahaan tsb., Lah saya mulai emosi lagi, entah mengapa daftar menjadi "Member" ini ribetnya minta ampun, kemudian saya tersambung ke pak Bos petugas tadi, saya jelaskan apa yang terjadi dan syukurnya si Pak Bos ini mengiyakan permohonan saya, dalam waktu beberapa menit kemudian, kartu Member saya tercetak, nah kan tetap bisa! kok senang yah pake drama-drama? ... ya sudalah, kartu Member juga sudah jadi.

Tiba masa pelaporan pajak, diberitahu teman kalau pelaporan pajak secara manual sangat tidak efisien, terlalu banyak orang yang mengantri dan pasti akan membuang banyak waktu, jadinya saya dan teman-teman disarankan untuk melaporkan pajak secara virtual.

Mulailah kami mencoba registrasi ke DPJ Online, Lagi-lagi Registrasi! singkatnya, terbitlah yang namanya e-FIN, Loginlah kami ke Web yang terlihat sungguh sederhana dari banyak sisi, entah dananya yang kurang atau gimana, saya teringat dengan sistem sederhana yang pernah saya kerjakan saat Peraktek Kerja Lapangan masa kuliah dulu. Terharu saya sama pemerintah ini, sangat rendah hati, sampai - sampai Sistem yang diperuntukan untuk masyarakat saja sangat sederhana, TERHARU!.

Apakah sesederhana kinerjanya?

Tibalah masa pelaporan pajak tahun 2015. Sebelumnya saya telah menerima Bukti pemotongan pajak dari perusahaan, dengan santai saya mengakses DPJ Online, saya coba login dan yang terjadi adalah "NPWP Tidak Ditemukan"!, saya coba ulangi, ulangi dan ulangi lagi dan hasilnya tetap "NPWP Tidak Ditemukan". Oke, sebelum bertanya sana sini, saya coba googling, ada beberapa informasi yang saya dapatkan salah satunya adalah masa NPWP nya habis! yang paling masuk akal menurut saya.

Bertanyalah saya ke teman,

"Ada nga kadaluarsa NPWP?"

Dengan santai teman menjawab "Tidak, NPWP itu berlaku seumur hidup, bisa sih di matikan Nomornya, kalau ada laporan dari kita, kayaknya sih gitu",

Okey, masih "kayaknya", bertanyalah saya sama teman-teman yang lain, yang tentunya sama-sama punya NPWP. Intinya mereka menjawab sama dengan teman saya yang pertama saya tanya bahwa NPWP Berlakunya seumur hidup.

Akhirnya karena kepercayaan "NPWP tidak ada matinya" akhirnya saya mencoba Login ulang ke situs DPJ Online, ulang dan saya ulang terus hingga sampai pada titik "ya sudalah, kalau nga bisa, besok mungkin bisa". Sambil melihat-lihat lembaran bukti pemotongan pajak, saya jadi berfikir, di kertas tersebut tercantum No. NPWP saya, yang dengan kata lain ketika melakukan pengecekkan data, si petugas Pajak ini pasti menemukan ID saya di database-nya jadilah pembayaran pajak saya di proses, kalau tidak ditemukan tidak mungkin pembayaran saya di proses, gimana setuju ngak? (nyari teman :d).

Singkat cerita, hari ke tiga perjuangan saya Login ke Situs DPJ Online akhirnya berhasil, legah, tapi apakah perjuangan selanjutnya lancar-lancar sadja? singkatnya, Saya bisa Login tetapi beberapakali menu di halaman setelah Login tidak berfungsi samasekali. Sampai akhirnya saya berhasil melaporkan penghasilan saya yang tidak seberapa ini, huf .... hidup memang berat Tong!.