Setelah membaca blog Nuran Wibosono, saya mendownload Film
ini.
..................................
![]() |
Pict by Google |
Little Forest.
Cerita ini terjadi di Tohoku, sebuah wilayah di timur laut
Jepang, mengisahkan kehidupan penghuni sebuah pemukiman kecil yang bernama
Komori. Ia lah Ichiko, seorang warga Komori yang telah bekerja di kota dan
memilih untuk sementara waktu kembali ke Komori. Dia melewatkan 4 musim selama
pelariannya itu dan akhirnya memutuskan
untuk kembali ke kota. Di akhir cerita, 5 tahun setelah kembalinya ia ke kota,
dia kembali ke Komori bersama seorang suami, mungkin, untuk selamanya.
Romantis? Tidak!, lah film ini tidak bercerita tentang Drama
unyu-unyu masa kini, justru lebih dari sekedar romantis, ini tentang hidup,
makanan dan alam, menghanyutkan. Ah ....
Seperti yang sudah saya sebutkan diatas, Ichiko melewatkan 4
musim yaitu Summer, Autumn, Winter dan Spring, masing – masing musim ada menunya,
itulah yangmembuat film ini menarik untuk saya, tentunya selain pemandangan
Wilayah Tohoku di 4 musim yang sangat indah.
Film ini terbagi menjadi 2, yang 1, Summer/Autumn yang
dirilis tahun 2014, sementara yang ke-2 Winter/Spring dirilis tahun 2015.
Komori, dimana orang-orang hidup dari apa yang alam dapat
berikan, hampir semua orang bertani (Kesimpulan pribadi), termasuk Ichiko. Dia
menanam padi, merawat dan juga memanen dengan tenaganya sendiri, selain padi,
dia menanam beberapa sayuran dan juga buah, asiknya, banyak tanamanan yang
tumbuh liar dan dapat di konsumsi, sebut saja Silverberry yang di ambilnya kemudian
dijadikan selai, buah Akebi yang diolah pada musim gugur, Buah Kenari yang
diambil bijinya terus dicampurkan pada nasi dan kemudian dibuat menjadi
onigiri, ahh enaknya yah, saya ngiler dan kelaparan setiap selesai menonton
film ini.
Suatu ketika, Ichiko berujar kalau dia tidak bisa hidup tanpa
tomat, dia memanen tomat yang telah ia tanam, dicucinya kemudian di iris tipis
menyilang pada bagian bokong tomat, tomat yang ia panen berbentuk bulat
sempurna, kemudian dimasukkan ke dalam air mendidih, cepat saja, langsung di
angkat dan dimasukkan ke dalam air dingin, setelah itu kulit tomat dapat
dikupas. Tomat yang sudah dikupas di masukkan ke dalam botol selai, ditutup
rapat dan di rebus, setelah itu dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Dia mencampurkan ke Spageti disaat musim dingin, dapat juga simpan ke dalam
kulkas dan dimakan selayaknya memakan manisan, katanya sangat lembut dan
lezat!. Emm.
Di setiap musim, Ichiko membuat beberapa menu, menunya
berbeda-beda, ada makanan yang dibuatnya sesuai resep “kira-kira”, Seperti
adonan kue labu dan ketan hitam yang ditumpuk dalam satu wadah yang kemudian
dipanggang, setelah masak, dikeluarkan dari cetakkan dan diolesi krim yang
masih segar, kue ini seperti kue bolu yang disiap dijadikan kue tart, tentunya
hanya sampe titik Krim putih menutupi seluruh kue. Pada saat ini, saya membayangkan
rasa pada kue tersebut, sehingga kue tart nanggung ini terlihat begitu
menggiurkan walaupun tanpa hiasan diatasnya. Yamm ...
Mochi Natto salah satu menu saat musim dingin, menarik saat
melihat proses pembuatan natto, kacang kedelai yang telah di rebus hingga
menjadi lunak, dimasukkan ke dalam tumpukan jerami yang ditambahkan selembar
daun serai (hanya menebak soalnya mirip), kemudian ditanam di bawah salju
selama 3 hari. Natto yang sudah jadi dikeluarkan dari jerami dan di satukan
dalam sebuah wadah dan ditambahkan gula secukupnya, terlihat lezat saat di
makan bersama mochi yang masih hangat, emmm ...
Pada musim dingin, terlihat Ichiko membuat makanannya dari
bahan-bahan yang telah dia awetkan secara alami misalkan sayur Pakis dan Kacang Merah. Ada satu perkataan Ichiko yang menurut saya sangat menarik,
Katanya :
“ Aku memakan manisan untuk menghilankan stress”
Pada kenyataanya, banyak wanita menghindari sesuatu yang terlalu
manis saat menjalani setengah kehidupan dewasanya untuk alasan diet, pantas
wanita-wanita seperti ini lebih mudah tersinggung. Lah wajarlah banyak kejadian
lampu sein ke kanan tetapi beloknya ke kiri. Kurang makan yang manis – masin ternyata,
hahaha
By the way, Film ini tidak hanya menyajikan makanan –
makanan 4 musim, tetapi yang lebih penting bagaimana memperoleh bahan-bahannya,
ada yang dibeli di toko tetapi lebih banyak yang didapat dari hasil alam.
Secara garis besar kita diajakarkan bagaimana memelihara tanaman yang kita tanam,
misalkan, pohon tomat yang akan rusak jika terus menerus dikena hujan, buahnya
bisa membusuk. Guna Menthok jika di lepaskan di sawah, cara menghasilkan kentang yang berukuran
besar, ada bawang dan juga wortel, saya dibuat menjadi tertarik karena divisualkan secara marik.
Mungkin tulisan ini bisa dikatan spoiler, tapi tenang, masih
banyak sekali hal-hal yang tidak saya sebutkan diatas, jadi, silahkan dinonton
karena film ini mengambarkan bahwa hidup di desa pun bisa sangat menyenangkan.
Omong-omong cara petani di Jepang mengelolah pertaniannya
sudah sangat maju, terbukti dari beberapa alat yang mereka gunakan, ada juga
pertemuan yang dilakukan para petani untuk membahas pertanian mereka, saya
salut melihat itu semua, mereka benar-benar tau apa yang mereka kerjakan.
Oh ya, tentunya yang Ichiko masak, hampir semua masakkan
Jepang. Saya jadi lapar langsung saat melihat roti yang dikeluarkan dari tungku
api yang sekaligus pemanas ruangan, mewah sekali kelihatannya. Emmm ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar