Kamis, 20 Juli 2017

Pagi, Sangat bersyukur bisa bangun dengan keadaan sehat, walapun masih agak ngantuk, lucu sih, kurang lebih 3 minggu lalu, saya masih susah buat bangun pagi, lah gimana mau bangun pagi, tidurnya saja nanti pagi!, efek begadang saat bulan Ramadan. Tapi sudah sekitar seminggu ini jadwal tidur sudah semakin membaik atau bisa dikatakan sangat baik, sekarang jam 8 - 9 malam sudah menguap kemana-mana, bangun juga selalunya jam 2 an dini hari. Memulai hari lebih pagi itu rasanya jauh menenangkan, disaat orang-orang masih tidur, kamu sudah menyibukkan diri dengan berdoa kepada Tuhan, sunyi, hanya ada kamu dan Dia, waktu yang sangat berharga bukan? i do love it, really love it!.

Tadi sebenarnya saya mau pergi renang, jam 6 pagi rencannya, tetapi pada saat saya buka IG, setengah jam sebelum renang, saya melihat postingan-postingan Rara Sekar, salah satu formasi dari duo Banda Neira yang sekarang bermukim di Wellington, New Zaeland. Banda Neira memberitakan perpisahan mereka kepada penikmat musiknya sekitar Desember 2016, lantas saat itu semua murung, apalagi album baru mereka, kalau nga salah album ke-2, yang masih berumur sangat muda. Tentunya banyak yang menyayangkan keputusan tersebut, yah salah satunya saya. We Miss You!

Ngomong-ngomong bukan itu sebenarnya yang ingin saya ceritakan, tapi, tentang Feeds IG Rara Sekar yang buat niat saya mau renang jadi modyar,  saya duduk dan menikmati nya hampir sejam! tidak banyak yang Rara bagikan kepada Followernya tapi cukup bagi saya untuk bisa duduk dan menikmati setiap gambar dan caption yang dia buat, ada foto berlatarkan mural, foto-foto suasana di Wellington, ada juga video dan foto saat dia manggung disalah satu toko buku disana, tapi yang paling buat saya tertarik adalah postingan tentang berkebun yang dilakukannya bersama sang suami. Disalah satu postingan dengan gambar roti yang baru di keluarkan dari oven, kebayang aromanya, ada bau mentega dan sedikit aroma gosong, ahhh nikmatnya!, btw Rara memberi caption yang sedikit bercerita tentang kehidupan warga Wellington pada captionnya, bahwasanya budaya "Do it yourself" -istilah dia ini-  sudah menjadi kebiasaan orang sana, mereka bisa masak, berkebun ataupun menukang, jadi bukan menjadi hal yang Wow lagi kalau orang-orang sana bisa melakukan itu semua, bahkan katanya hal-hal tersebut menjadi keahlian-keahlian mendasar yang penting untuk mereka.

Saya jadi membayangkan, mungkin kalau hal-hal seperti itu terjadi di Indonesia khususnya bagian Jogja, saya yakin! pertumbuhan warung makan tidak segencar yang ada saat ini, jualan di pasar pasti lebih laris manis, pemandangan perumahan yang lebih hijau, harga sayur organik makin murah, akan lebih banyak dapur yang mengepulkan asap dari pagi, siang hingga sore dan yang pasti hidup anak kost bisa jauh lebih hemat! ngomong-ngomong tahukah anda kalau pengeluaran terbesar setiap bulan bagi anak kost itu adalah biaya makan. Seandainya yah, kita bisa sesederhana itu.

Saudaraku, dengan sangat terpaksa, saya harus menyudahi tulisan ini, saya sangat lapar, bayang - bayang soto ayam dan gorengannya terus terlintas, terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca, btw kabar yang tidak terlalu buruknya, hari ini saya masih menyandang status pengangguran, saya masih bisa bertahan walau rasa bosan kerap melanda, tapi oke saja, soalnya buku-buku juga masih banyak yang antri untuk di habiskan. ya sudah, terimakasih yah.

Oh iya, saya mendengarkan Album Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti dari Banda Neira saat menulis ini, saya jadi Rindu ...........

Tidak ada komentar: