Jumat, 14 Februari 2014

Kelud Eruption

Alarm berdering mengaung-ngaung, dengan malas-malasan saya memaksakan berjalan menuju meja belajar tempat sumber suara, malam masih pekat, jendela saya tertutup agak rapat, oh 03.13 dini hari ternyata dan karena masih ngantuk berat, saya hanya mematikan alarm dan kembali menarik selimut menikmati mimpi.

Handphone kembali berdering, saya kembali terbangung, sebuah pesan dengan nomor tanpa nama masuk, oh ternyata ini pesan masuk yang ke - 2, masih dengan mata yang malas saya membaca pesan, inti dari isi pesan adalah "Hari ini libur kerja dikarenakan abu vulkanik yang sangat tebal". Mata langsung melek lebar, kaget, dengan buru-buru saya lari keluar kamar, dan ternyata semua sudah putih kelabu, debu hinggap hampir disemua sudut halaman kos, di motor-motor yang terparkir, bahkan sampai menutupi pohon alpokat yang tumbuh subur di halaman. semua putih kelabu.

Halaman Kost yang Tertutup Debu Vulkanik
Pikiran saya kembali melayang menuju 4 tahun lalu, ini Merapi, pikiran saya tidak tanggap, masih ngambang, masih melayang, nyawa saya belum 100 persen kembali, oh tuhan, beat jantung semakin mencepat. Dengan agak sedikit lari saya kembali ke kamar untuk meneguk air, menenangkan diri.

Saya duduk diam di atas tempat tidur, agak lama, saya tidak takut dengan apa yang terjadi diluar sana, tapi memang, saya khawatir, yang tanpa terasa membuat mata saya basah, saya tidak nangis, oh mungkin lebih tepatnya tidak menitikkan air mata, ingatan saya benar-benar kembali ke 4 tahun lalu.

Ketika merapi meletus 4 tahun lalu, status saya masih menjadi mahasiswa, saat itu malam hari, debu vulkanik mulai berjatuhan dan posisi saya masih di kost yang jaraknya kurang dari 20 KM dari merapi. Arus deras masyarakat dari arah utara menguasai jalan kaliurang yang dihari biasanya dibagi menjadi 2 jalur, tapi malam itu, arus masyarakat yang melarikan diri ke arah selatan dari utara menguasai keseluruhan jalan, orang-orang dengan dipenuhi debu berlarian, saya binggung, pikiran campur aduk dan ngerinya tinggal saya yang ada dikosan, akhirnya saya menghubungi seorang teman, si Eko, seorang putra minang yang sekarang sudah menjadi reporter di Metro TV. Dia menerobos arus pengungsi, oh saya merasa bersalah sebenarnya membahayakan seorang teman, tapi jujur, saat itu saya tidak punya pilihan lain.

Dan tragedi meletusnya Merapi 4 Tahun lalu berakhir dengan senyuman di Pulau Dewata.

Mengetahui bahwa gunung kelud lah yang saat ini meletus membuat saya agak lebih tenang, tapi saya merasa debu vulkanik gunung kelud ini lebih tebal dibanding debu vulkanik merapi kemarin, padahal jarak antara gunung kelud dan kota jogja lebih dari 200 KM, wow dasyat.

Akhirnya saya mencari tau melalui internet dan Sokmet, yang hasilnya adalah Gunung kelud yang sudah terpantau gerakannya ,dari hari-hari sebelumnya sudah dikhawatirkan akan meletus, dan tengah malam di 13 februari 2014 hal yang di takutkan benar-benar terjadi, Kelud dengan ledakan dahsyat berhasil memuntahkan jutaan meter kubik vulkanik, menurut beberapa info, debu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Kelud hampir sama dengan muntahan debu vulkanik merapi 4 tahun silam, hanya sadja merapi membutuhkan lebih dari 10 hari untuk mengeluarkan muntahannya itu sementara Gunung Kelud hanya membutuhkan beberapa jam sadja,jadi bisa kita bisa bayangkan kekuatan ledakan gunung kelud semalam.

Hari jumat 14 Februari 2014, Kota Jogja mendung, sempat terdengar beberapa kali petir tapi toh hujan tak jua turun, hari yang kelam, debu dimana-mana dan saya memilih mengurung diri dikamar, saya ingin melipir ke Bali lagi, tapi mengingat rute yang musti ditempu, 3 hari sungguh sangat tidak cukup, belajar dari pengalaman sebelumnya, jika tak penting, saya akan tetap mengurung diri di kamar, be save, karna debu vulkanik sangat gampang terhirup dan itu sungguh mematikan.

Pulau jawa dengan rekor menjadi salah satu pulau dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia dan memiliki gunung-gunung api teraktif di dunia wajar menjadi perhatian jika suatu bencana terjadi. Lihat sadja ketika Gunung api sinabung mengamuk dan Banjir bandang di manado terjadi, banyak media lebih memilih meliput banjir jakarta, padahal 2 bencana yang terjadi diluar pulau jawa tersebut memiliki status bencana yang sangat serius, tapi media lebih memilih memediakan banjir jakarta yang biarpun dikata, apa yang terjadi di jakarta adalah bencana tahunan, setiap tahun terjadi tapi yah itulah Pulau Jawa, pusat negara ada di pulau ini semua yang terjadi bisa menjadi ladang media mendapatkan bahan untuk di suguhkan, selalu menjadi pusat perhatian, itulah Pulau jawa, daya tarik yang takkan pernah ada habisnya.

Hari ini Indonesia kembali berduka, belum juga musibah banjir jakarta, banjir bandang di Manado dan Erupsi di Sinabung selesai, kelud ikut mengamuk, memuntahkan isi perutnya, sayang jika kita tidak mengambil hikma dari musibah yang beruntutan terjadi ini, tidak usalah kita mengaitkan tragedi ini dengan agama atau hal-hal lain yang kebetulan hari perayaan tepat saat bencana-bencana tersebut terjadi, lebih baik kita kembali melihat diri masing-masing, bukannya itu jauh lebih bijak?.



Sabtu, 08 Februari 2014

Home.

"Ibarat nyari pacar, nyari tempat tinggal juga nga kalah susah"

oh iya tentunya ini nga berlaku bagi si Boy yang ganteng, kaya, baik hati dan tidak sombong, pintar dll yang tentunya nga musti susah-susah nyari tambatan hati. Tapi tentunya dalam perburuan hunian semua orang punya nasip yang sama, nasip yang nga akan pernah memihak pada satu kaum, kaya miskin, tua muda, keren jelek, tinggi pendek, pintar bodoh, atau PNS Swasta, semua memiliki hak yang merata untuk memiliki hunian yang sesuai dengan kriteria masing-masing, tapi yah tetap saja, finansial yang menentukan. 

Sudah beberapa weekend ini saya mutar-mutar keliling kota nyari hunian baru yang pas, tapi sampai sekarang masih juga belum ketemu. Sejak sebulan lalu saya memutuskan untuk mencari hunian baru, pengennya sih deket kantor biar bisa jalan-jalan aja kalau mau ke kantor, bebas 24 jam yah kalau bisa sih yang campur cowok cewek, udah ada isinya biar nga repot-repot lagi, ada tempat nyuci dan jemur pakaian dan yang terakhir bisa bawa hewan piaraan. 

Karena kantor letaknya di daerah sagan, saya mulai mencari-cari di sekitaran sagan, ada beberapa kost didaerah tersebut, tapi yah nga sesuai dengan kriteria, ada yang udah keren tapi kosongan + nga bisa bawa hewan piaraan dan musti nge Loundry, oh ya, yang paling penting yang satu ini, musti ada tempat nyuci dan tempat jemuran, oke, jangan tanya mengapa, sudah hampir 2 tahun lalu saya berhenti gunain jasa loundry pakaian kalau nga kepepet, alasanya simple, nyuci sendiri pasti lebih bersih apalagi baju putih dan pakaian nga ada yang hilang. 

Ngomong-ngomong soal kostan, selama di perantauan dan beberapa kali pindah hunian bahkan sempat jadi nomad, saya menilai kosan saya waktu di Bali adalah yang terbaik. Luas, full property, ada dapurnya, kamar mandi dalam, tempat jemuran, AC dan campur dan yang penting nga Mahal-mahal amat. Ngomong-ngomong masalah kost - kost an campur, untuk kawasan jogja sendiri, sedikit yang menyediakan fasilitas mewah ini, ada, tapi musti juga ada harga, karena kebanyakan hunian seperti ini diberlakukan oleh kost-kost ekslusif yang notabenenya harga sewanya bukan untuk kalangan menengah ke bawah.

Saya enggan berkomentar kenapa saya musti pindah hunian, padahal kalau dikatakan, hunian saya saat ini sudah lumayan pas, deket dari kantor, kiri-kanan tempat makan, temen-temen asik semua, nga berisik dan yang paling asik sih, ibu & bapak kostnya nga keberatan kalau uang kostnya di tunda bayarnya, suatu waktu saya dengar bapak kost ngomong "Udah, Sama Bapak itu nyantai aja, nanti aja kalau ada duit baru bayar". Tapi yah, kelakuan mutlak hampir semua manusia yang nga pernah terpuaskan oleh keadaan. It's happen to me now. Mutlak.

Ini sudah weekend kesekian, dan saya memutuskan untuk istirahat dalam perburuan hunian baru, saya ingin nyantai saja di kamar, nungguin pakaian yang belum juga kering tapi bentar lagi mau hujan, sambil ngopi dan malas-malasan. Mungkin aktifitas minggu ini sedikit larut, sehingga saya lebih memilih menikmati hari dari balik jendela kamar. Mungkin nanti, entah kapan, saya akan melakukan perburuan lagi, demi untuk memanjakan diri yang tak berhenti terpuaskan.