Handphone kembali berdering, saya kembali terbangung, sebuah pesan dengan nomor tanpa nama masuk, oh ternyata ini pesan masuk yang ke - 2, masih dengan mata yang malas saya membaca pesan, inti dari isi pesan adalah "Hari ini libur kerja dikarenakan abu vulkanik yang sangat tebal". Mata langsung melek lebar, kaget, dengan buru-buru saya lari keluar kamar, dan ternyata semua sudah putih kelabu, debu hinggap hampir disemua sudut halaman kos, di motor-motor yang terparkir, bahkan sampai menutupi pohon alpokat yang tumbuh subur di halaman. semua putih kelabu.
![]() |
Halaman Kost yang Tertutup Debu Vulkanik |
Saya duduk diam di atas tempat tidur, agak lama, saya tidak takut dengan apa yang terjadi diluar sana, tapi memang, saya khawatir, yang tanpa terasa membuat mata saya basah, saya tidak nangis, oh mungkin lebih tepatnya tidak menitikkan air mata, ingatan saya benar-benar kembali ke 4 tahun lalu.
Ketika merapi meletus 4 tahun lalu, status saya masih menjadi mahasiswa, saat itu malam hari, debu vulkanik mulai berjatuhan dan posisi saya masih di kost yang jaraknya kurang dari 20 KM dari merapi. Arus deras masyarakat dari arah utara menguasai jalan kaliurang yang dihari biasanya dibagi menjadi 2 jalur, tapi malam itu, arus masyarakat yang melarikan diri ke arah selatan dari utara menguasai keseluruhan jalan, orang-orang dengan dipenuhi debu berlarian, saya binggung, pikiran campur aduk dan ngerinya tinggal saya yang ada dikosan, akhirnya saya menghubungi seorang teman, si Eko, seorang putra minang yang sekarang sudah menjadi reporter di Metro TV. Dia menerobos arus pengungsi, oh saya merasa bersalah sebenarnya membahayakan seorang teman, tapi jujur, saat itu saya tidak punya pilihan lain.
Dan tragedi meletusnya Merapi 4 Tahun lalu berakhir dengan senyuman di Pulau Dewata.
Mengetahui bahwa gunung kelud lah yang saat ini meletus membuat saya agak lebih tenang, tapi saya merasa debu vulkanik gunung kelud ini lebih tebal dibanding debu vulkanik merapi kemarin, padahal jarak antara gunung kelud dan kota jogja lebih dari 200 KM, wow dasyat.
Akhirnya saya mencari tau melalui internet dan Sokmet, yang hasilnya adalah Gunung kelud yang sudah terpantau gerakannya ,dari hari-hari sebelumnya sudah dikhawatirkan akan meletus, dan tengah malam di 13 februari 2014 hal yang di takutkan benar-benar terjadi, Kelud dengan ledakan dahsyat berhasil memuntahkan jutaan meter kubik vulkanik, menurut beberapa info, debu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Kelud hampir sama dengan muntahan debu vulkanik merapi 4 tahun silam, hanya sadja merapi membutuhkan lebih dari 10 hari untuk mengeluarkan muntahannya itu sementara Gunung Kelud hanya membutuhkan beberapa jam sadja,jadi bisa kita bisa bayangkan kekuatan ledakan gunung kelud semalam.
Hari jumat 14 Februari 2014, Kota Jogja mendung, sempat terdengar beberapa kali petir tapi toh hujan tak jua turun, hari yang kelam, debu dimana-mana dan saya memilih mengurung diri dikamar, saya ingin melipir ke Bali lagi, tapi mengingat rute yang musti ditempu, 3 hari sungguh sangat tidak cukup, belajar dari pengalaman sebelumnya, jika tak penting, saya akan tetap mengurung diri di kamar, be save, karna debu vulkanik sangat gampang terhirup dan itu sungguh mematikan.
Pulau jawa dengan rekor menjadi salah satu pulau dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia dan memiliki gunung-gunung api teraktif di dunia wajar menjadi perhatian jika suatu bencana terjadi. Lihat sadja ketika Gunung api sinabung mengamuk dan Banjir bandang di manado terjadi, banyak media lebih memilih meliput banjir jakarta, padahal 2 bencana yang terjadi diluar pulau jawa tersebut memiliki status bencana yang sangat serius, tapi media lebih memilih memediakan banjir jakarta yang biarpun dikata, apa yang terjadi di jakarta adalah bencana tahunan, setiap tahun terjadi tapi yah itulah Pulau Jawa, pusat negara ada di pulau ini semua yang terjadi bisa menjadi ladang media mendapatkan bahan untuk di suguhkan, selalu menjadi pusat perhatian, itulah Pulau jawa, daya tarik yang takkan pernah ada habisnya.
Hari ini Indonesia kembali berduka, belum juga musibah banjir jakarta, banjir bandang di Manado dan Erupsi di Sinabung selesai, kelud ikut mengamuk, memuntahkan isi perutnya, sayang jika kita tidak mengambil hikma dari musibah yang beruntutan terjadi ini, tidak usalah kita mengaitkan tragedi ini dengan agama atau hal-hal lain yang kebetulan hari perayaan tepat saat bencana-bencana tersebut terjadi, lebih baik kita kembali melihat diri masing-masing, bukannya itu jauh lebih bijak?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar