Saya menghitung-hitung waktu, kurang lebih 6 tahun sudah saya meninggalkan rumah, kuliah di tanah seberang adalah rencana awal, seiring waktu semua berubah.
Tempat, teman, keadaan, pembahasan, lingkungan dan aspek lainnya lah yang membuat semua itu berubah, indah tapi sungguh menguras emosi. mimpi- mimpi yang terbincangkan dengan semangat tinggi kini hanya masih menjadi mimpi dan tak sedikit yang menikung kearah yang sungguh berlawanan. Tapi semua itu tak masalah, buktinya kita tetap menjalani tujuan-tujuan di tikungan tersebut dengan suka dan cita, walaupun mungki ketika mimpi-mimpi itu kembali hadir di sela-sela aktifitas hari, penyesalan dan gelisah selalu sigap membuntuti.
Jogja tetap menjadi prioritas saya setelah kuliah selesai dan kita musti sadari tidak semua rencana selalu berjalan mulus, tidak perlu menunggu lama untuk sebuah kesempatan berkarir setelah kuliah hanya tersisa gelar di belakang nama. Bali siap menyambut, dengan lapang dada dan hati terbuka dengan perasaan senang saya mendaratkan kaki di Bali, pulau yang akan saya tinggali.
Saya senang menghabiskan waktu di tempat baru, ada teman baru, bisa kumpul bareng teman-teman lama, makan makanan yang belum bernah di makan, menikmati pesta - pesta, pantai, acara budaya, alam, semua sangat menyenangkan, indah dan berkesan. Dalam perjalanan, ada dimana kita musti memaknai hari yang telah berlalu, menyentuh dan kembali menghayati kejadian demi kejadian yang lalu dan kemudian membandingkan, menimang-nimang kedepannya akan seperti apa.
Saya memang selalu berucap, bahwa keinginan untuk tinggal menetap di Pulau Dewata sangat besar, hingga sekarangpun kemauan itu tak pudar sedikitpun, tetapi apa yang menganjal dihati, ketika waktu berjalan, saya berfikir, mungkin jika memang suatu saat nanti saya bisa menetap lama di pulau ini, saya tidak dengan keadaan dan pekerjaan seperti ini, liburan dengan jangka waktu lama mungkin bisa menjadi pilihan atau menetap dengan pekerjaan yang tertular oleh hobi mungkin bisa jadi solusi, yang jelas saat ini saya belum siap disini dengan jangka waktu lama.
Saya kembali mendaratkan kaki di Jogja, selang beberapa hari saya memilih untuk menghabiskan waktu di sebuah desa di dekat kota Kediri untuk memantapkan Bahasa Inggris saya.
3 bulan yang cukup menguras energi untuk belajar, apa yang saya dapatkan? Teman, Teman dan Teman. Saya sudah berusaha keras untuk mengikuti setiap program yang sudah saya susun agak rapi selama di Pare, sayangnya kemalasan saya terlalu banyak mengambil ahli hari-hari disana. Tetap berpikir positif kata banyak orang, yah, karna kemalasan tersebutlah saya bertemu dan mengenal beberapa orang disana yang akhirnya persahabatanpun terjalin, indah sungguh indah dan untuk pertama kalinya saya memandang kemalasan sebagai sebuah hal positif. Love, Peace & Gaul.
Kembali ke Jogja adalah pilihan tepat, di pagi bolong setahun yang lalu, saya mendapat kabar kesempatan bekerja dari seorang teman kuliah, dengan malas-malas dan sedikit perasaan percaya tidak percaya, saya mengikuti serangkaian tes, Gampang! tesnya gampang!, kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua, tapi memang betul, apasih susahnya mengerjakan soal yang sebelumnya kita sudah diberikan materi yang akan di teskan, diberi waktu dalam hitungan hari untuk mempelajari materi tersebut dan tesnyapun sangat berhubungan dengan latar belakang S1 kami, enteng kami melangkah keluar rungan dengan senyum sumringah, girang tak terkira.
Disinilah saya, memulai kehidupan dengan status pekerja di kota nyaman ini, Jogja. Hari - hari masih tetap bergelut dengan komputer tapi kali ini pekerjaan lebih ringan, hanya banyak waktu habis di gunakan untuk mengetik surat bukan coding lagi, saya bersyukur tapi tak jarang juga suntuk dengan rutinitas yang itu - itu sadja.
***
Ini bukan soal waktu, tapi apa yang telah terjadi, betul - betul membawa perubahan besar terhadap kehidupan saya, dengan apa yang saya lakukan saat ini, saya mampu menghidupi kehidupan sehari-hari saya, bayar kost dan membeli beberapa liter bensin. cukup. Penghasilan saya cukup.
Saya terkadang berfikir untuk pulang ke rumah di sulawesi, memulai lagi kehidupan baru, mencari kerja dan selama-lamanya disana, sangat nyaman pastinya. Saya sering mendengar kisah teman-teman yang sudah jauh beruntung di sulawesi sana. Dengan penghasilan sama dengan saya disini bahkan kebanyakan lebih, mereka bisa benar - benar menikmati, tanpa harus berfikir masalah kost & makan. Enak betul.
Berkat beberapa teman yang menguatkan dan keluarga yang mendukung, saya bersyukur dengan keadaan sekarang, menukar sebagian penghasilan dengan pengalaman. Mungkin jika saya berharap peruntungan di tempat saya dibesarkan, saya tidak se egois ini, se mandiri ini, se sakit kemarin, se bahagia malam kemarin, ketemu orang-orang hebat, melihat budaya yang jauh berbeda dengan budaya akar saya, mencoba makanan - makanan aneh (belalang goreng contohnya), mendengarkan dan menikmati musik yang ternyata sangat beragam, melihat pertunjukkan dari musisi - musisi kebanggaan bangsa, menikmati perjalanan ke Mahameru dan pulau Sempu, menemani teman mengerjakan tesis di kedai kopi sudut kota, membaca koleksi buku-buku sambil selonjoran di kamar kost, menatap nanar tumpukan pakaian kotor di sudur kamar, makan bareng sepupu-sepupu kalau sudah gajian, menginap 12 malam di hotel kece, jogging pagi di lapangan Renon, keluar masuk toko buku di desa kecil Ubud atau hanya duduk di sudut ruangan dengan di temani cappuccino panas yang aromannya pun sudah sangat menggoda.
Semua memberi kesan dan perasaan yang akan terus di kenang. kenangan yang akan selalu membuat senyuman di wajah.
Semua hanyalah masalah pilihan, tidak ada paksaan, kita hidup cuman sekali, mimpi yang tak menjadi kenyataan atau keinginan-keinginan kecil yang selalu tertunda adalah hal biasa, nikmatilah hidup selagi kita bisa, orang musti marah dan sedih bahkan menangis untuk merasakah kesabaran dan kebahagian itu benar-benar indah dan sungguh damai.
Sebagai penggemar buku karya pejalan Agustinus Wibowo, perasaan saya tertulis di salah satu kutipannya,
"Rumah, buat saya sekarang, adalah sebuah keadaan batin, bukan tempat"
Saya bersyukur untuk semua ini.
 |
I remember when the beautiful sun say hello to me, #sunrise #StumbulHill #Magelang |
|
|
Love, Peace & Gaul ~Mornene Quote~